KAMARKU ADALAH
ISTANAKU
“Noviiiiiiiii.......!!!!!”
Teriakan
suara mama setiap pagi selalu membuyarkan konsentrasi disaat sedang tertidur
nyenyak, dan akhirnya Monica menghampiri suara sang mama yang setiap pagi
selalu ngomel-ngomel.
“Ada
apa sih mam??? Kakak udah pergi ke kampus tuh.”
“Mama
tau ko de kalau kakak mu itu sudah pergi ke kampus, kalau dia belum pergi mana
berani mama teriak-teriak kayak barusan,” wajah mungil Monica tampak kesal.
“Terus
kenapa Mama teriak-teriak manggil kakak kalau Mama tau kakak sudah berangkat ke
kampus....?”
Mama
menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, “Ade gak lihat apa, ini kamar udah kayak
apa?”
Monica
memandangi semua sudut-sudut kamarnya bersama kakanya itu yang bernuansa serba
berwarna kuning dan boneka-boneka doraemon kesukaan Novi sang kakanya itu.
Majalah, buku-buku pelajaran, kertas HVS dan yang lainnya pada berserakan di
karpet. Boneka-noneka pun pada berjatuhan, handuk di atas kursi, jilbab, baju
tidur semuanya nyangkut dimana saja. Sampai gayung berisi sabun mandi pun
dengan cueknya ditaro di atas meja belajar. Monica menghela nafas.
“Mungkin
kakak tadi buru-buru mam,” hiburnya sang ade.
“Buru-buru
bagaimana maksud kamu de? Kakak mu itu kan kuliah ba’da dzuhur. Pasti punya
waktu banyak buat beresin itu kamar. Tadi pagi-pagi sekali saja mama hampir
telat kepasar gara-gara semalam Ayah pulang telat, mama nunggu Ayah sampe larut
malam sedangkan kalian berdua enak tertidur pulas.
Sambil
tersenyum, Monica menghampiri Mama, “Ya sudah, mama gak usah teriak-teriak
pagi-pagi malu sama tetangga. Yuk, mam ade bantuin mama beresin kamar kakak,
kan kamar kakak kamar ade juga.”
Ogah-ogahan Mama bangkit
mengikuti ajakan Monica.
Rumah keluarga Novi sangat
sederhana, dia cuma dua bersaudara bersama adik satu-satunya Monica yang paling
dia sayang. Novi tinggal bersama Mama, Ayah dan adiknya yg masih tinggal di
bangku SD. Adiknya begitu mengerti sifat sang kakak, dia gak pernah ngiri apa
yang kakanya punya. Sedangkan Novi sendiri mempunyai sifat agak keras, kemauan
dia harus selalu tercapai tanpa memperdulikan adiknya. Adiknya selalu mengalah
sampai kamar pun kadang selalu Monica dan Mama yang rapihin, Novi gak pernah
peduli akan kerapihan kamarnya dia pun selalu menamai kamarnya dengan sebutan kamarku adalah istanaku. Karena dia gak
pernah memperdulikan kamarnya mau kayak apa dan bagaimana.
“Kakaaaaaa.....!!!!!”
Kali
ini adalah suara teriakan Monica bukan sang Mama yang setiap pagi selalu
ngomel. Dirumah cuma ada Papa dan Monica, Ayah yang biasanya pagi-pagi sekali
sudah berangkat ke kantor tapi pagi itu dia tidak masuk karena kurang enak
badan.
“Kenapa
lagi, de?” tanyanya sang Ayah ketika
Monica pagi-pagi teriak-teriak manggil sang kaka. Ini nih yah si kaka selalu
seperti ini setiap pagi. Handuk bekas mandi tempat sabun di taro di atas tempat
belajar dan sebagainya setiap pagi kelakuan kakak seperti ini, bosan ade setiap
pagi selalu beresin kamar yang kayak kapal pecah. Dan sudah bosan juga yah
hampir tiap pagi selalu kakak kayak begini. “Yak sudah tinggal kamu bereskan
saja nak kamar kakak mu itu, kan kamu sudah tau kalau sifat kakak mu itu
pemalas, egois dan selalu menang sendiri. Jawab sang Ayah”
Sore
yang panas. Monica yang baru pulang mengaji bergegas menuju rumah. Bayangan kasur
empuk menari-nari di matanya. Tubuhnya begitu lelah setelah seharian dari pagi
harus berangkat sekolah pulang siang lanjut berangkat mengaji karena itu sudah
tugas dia sehari-hari. Sepertinya rumah sepi dan sepertinya Mama sama ayah
sedang pergi dan kakak pun belum pulang kuliah, mungkin menjelang maghrib
mereka baru sampai di rumah.
“Kakaaaa.....!!!”
Tas
kuliah, kerudung, kaos kaki, celana dan buku-buku bertebaran di lantai kamar. Novi
yang sedang tidur terbangun, kemudian mulutnya ngoceh pelan.
“Eh,
ade. Maaf yah sayang kakak belum sempet beres-beres. Kakak capek banget, baru
pulang kuliah dari pagi dan dikampus banyak banget tugas. Ade gak usah khawatir
buat besok-besok, kakak janji deh buat beresin kamar itu juga kalau kakak sudah
gak terlalu sibuk dikampus yah.” Mata Novi tetap terpejam, kemudian kembali
memeluk gulingnya.
Gigi
Monica gemeretak. Capeknya tiba-tiba saja hilang. Tubuhnya luluh ke lantai,
bersama matanya yang memanas.
(cerita ini di ambil dari kebiasaan
buruk diriku waktu dulu )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar